Langsung ke konten utama

Sedikit tentang cinta







Cinta yang menumbuhkan harapan, cinta yang menimbulkan kesengsaraan, cinta yang menimbulkan kesediahan, cinta yang membuat bahagia.

Entah apa yang membuat ku terkekang akan drama- drama pikiran yang ku buat sendiri, mengenai cinta yang telah usai, namun perasaan yang kurasa padanya tidak berubah… perasaan itu seperti pasang surut air laut yang kadang meluap dan kadang surut tak tersisa, bukanlah gravitasi bulan yang membuat itu terjadi, seperti halnya pasang surut air laut, entah apa yang menyebabkan itu terjadi...
Melihat lebih jauh terdapat beberapa opsi penyebab rasa itu masih bersemayam di hati ini, mungkin karena keputusan alam bawah sadar yang telah sepakat dengan hati untuk membiarkan rasa itu ada atau juga mungkin belum saatnya rasa itu hilang seperti yang ia katakan mengenai konsepsi waktu dalam jodoh ,yang di analogikan sebagai rasa sayang yang mana memiliki batas waktu nya namun, seberapa lama wktunya? Kita tidak akan tahu..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Holy shit man, I think I just had an intellectual orgasm!

  “Eeeits hati – hati ya.. jangan langsung mengasosiasikan kata “orgasm” ke konteks seks   karena ini enggak ada hubungannya sama sekali dengan seks kok hha”,ceritanya itu asumsi si penulis ke pembaca. Terus asumsi si penulis di bales sama pembaca yang baik hati   „Eeh emang siapa juga yang bilang itu seks yee..“. Hha   Ok ok sebenrenya bukan maksud mau nuduh pembaca bakal mikir yang engak – engak soalnya biasanya sih   kata „ orgasm“ itu sering banget kita kata itu ditemenin sama kata “seks” #mereun~ . Ok berantemnya udahan dulu yaaa~ soalnya I wanna give you some informations   tentang definisi intellectual orgasm:   1. to enjoy a high- level or intelligent conversation to the maximum. 2. When you hear something that is so profound, brilliant, or novel, that it blows your mind..   Sekarang udah tau donk artinya cieee..   Nah definisi itu baru aja di copas dari urbandictionary.com :D. lanjut leadnya udah kepanjangan itu~ kita masuk ke   cerita yang direpresentasikan oleh judul y

Cara KOMPAS Menjaga Keobjektivitasan Berita Pemilu 2014

Puncak dari pesta demokrasi rakyat Indonesia semakin dekat. Berita akan kedua kandidat begitu deras di media masa. Keberpihakan beberapa media terhadap salah   satu   kandidat pilpres pun semakin terbaca oleh publik , baik dari penyajian berita yang tidak objektif dan berimbang ataupun terlibatnya pemilik media tersebut sebagai tim sukses.   Hal itu membuat penikmat produk media mulai skeptis & terprovokasi akan banyaknya informasi yang disajikan oleh berbagai macam   media . Lantas bagaimana dengan sikap koran harian KOMPAS dalam menjaga keobjektivitasan beritanya? Pada acara pelatihan dan seminar " Pemilu &Peran media " disegelarakan oleh Kompas Kampus di Bandung (12/09/14). Pada sesi tanya jawab   saya berkesempatan untuk melontarkan pertanyaan tersebut kepada Budiman Tanurajo, wakil pemimpin redaksi harian Kompas, Sumber : @bem_unpad Beliau   menjelaskan bahwasannya kompas memberikan hak yang sama akan porsi berita & foto dari kedua kandidat p

Ada apa dengan mahasiswa?

       Kalimat tanya yang menjadi judul diatas seolah menyapa kondisi dan keadaan mahasiswa saat ini, ada apa? Apa yang terjadi dengan mahasiswa? . hal itu pun dibungkus menjadi sebuah tema dalam pertunjukan kolaborasi dari beberapa jurusan yang dirangkum dalam acara “ Theatron” yang disengelarakan oleh unit kegiatan mata mawar , himasad unpad.               Acara yang dimulai pada pukul 14.00 wib ini berjalan dengan sukses dan lancar. Acara ini terdiri dari 5 rangkaian acara, 4 theater dan 1 orasi. Keempat theater tersebut yakni : mata mawar ( sastra jerman), Panguyuban BFLA ( sastra Inggris), TEPAS ( sastra sunda), Masih Lekru ( sastra rusia), Theater Djati ( sastra Indonesia).  Seluruh penampilan dari rangkaian acara ditampilkan dengan ciri khas tersendiri dari masing – masing pengisi acara. Mereka menafsirkan keadaan mahasiswa saat ini dari berbagai macam sudut pandang  sehingga memperkaya penonton akan pemaknaan mahasiswa saat ini. Mulai dari satire – satire ke