Langsung ke konten utama

Holy shit man, I think I just had an intellectual orgasm!


  “Eeeits hati – hati ya.. jangan langsung mengasosiasikan kata “orgasm” ke konteks seks  karena ini enggak ada hubungannya sama sekali dengan seks kok hha”,ceritanya itu asumsi si penulis ke pembaca. Terus asumsi si penulis di bales sama pembaca yang baik hati  „Eeh emang siapa juga yang bilang itu seks yee..“. Hha  Ok ok sebenrenya bukan maksud mau nuduh pembaca bakal mikir yang engak – engak soalnya biasanya sih  kata „ orgasm“ itu sering banget kita kata itu ditemenin sama kata “seks” #mereun~ .

Ok berantemnya udahan dulu yaaa~ soalnya I wanna give you some informations  tentang definisi intellectual orgasm:  1. to enjoy a high- level or intelligent conversation to the maximum. 2. When you hear something that is so profound, brilliant, or novel, that it blows your mind..  Sekarang udah tau donk artinya cieee..  Nah definisi itu baru aja di copas dari urbandictionary.com :D. lanjut leadnya udah kepanjangan itu~ kita masuk ke  cerita yang direpresentasikan oleh judul yang di atas yuk.

Jadi gini  cerita ini teeh cuman mau curhat aja ternyata ilmu pengetahuan itu gurih lo kalau kita sadarin,ini ni yang lagi nulis tulisan ini aja baru nyadar pas penghujung semester 8. Ketika udah terbebas dari segala kegiatan keorganisasian kampus dan  hidup sebagai mahasiswa jelata yang ngabstrak dan sedikit gak jelas dalam artian kepo akan suatu hal baru semangkin menjadi – jadi mulai dari politik, budaya, linguistik, dan hal lainya. Kekepoan itu dilampiaskan dengan ikut seminar/ diskusi yang di adain di kampus secara GRATIS!

 Selain itu juga ke kepoan itu memakan korban yang tak sedikit, ya korbannya itu orang - orang yang dikenal si penulis… terus di terror via bbm, sms atau chat FB yang kemudian tiba – tiba aja ….tanpa prolog apa lagi basa basi langsung ditodong dengan pertanyaan - pertanyaan yang aneh & ngabsurd hha ( maafkan aku wahai teman- teman yang baik hati). Atau juga pas ketemu in person langsung weh diskusi apa aja yang bikin emosi dan menganjal di hati. Kalau intellectual orgasm lg nge mode on itu rasanya seneng dalem hati dah beuh pissan euy….

 Tapiiiiii sempet sedih si kadang ada beberapa temen yang nyiyir akan kebiasaan abstrak si penulis “ ngapain si diskusi2 politik atau apapun, lo tu banyak nanya deh apa aja ditanyain / dikritisin.. kebanyakan mikir, itu  gak guna tau ngobrol – ngobrol bgtu…, bikin skripsi gerura!“ yang ujungnya deep n bener juga sih hha tapi awal2 nya itu gmn ya unbeliveable aja atau mungkin itu tanda white flag krn capek ngeliat atau lelah jd korban ke kepoan si penulis hha ( forgive meh~ Y-Y)  atau juga bisa jadi itu tanda kalau kekepoanya harus segera di alih wahana in dari bertanya pada seseorang menjadi bertanya pada buku alias membaca buku demi kebaikan dan ketenangan orang - orang yang dikenal  si penulis hha..

 yah selalma niat diskusi atau kepo itu tujuannya untuk cari ilmu bukan gaya2 an kaykanya si enggak ada yang percuma karena kita gak akan tau masa depan kita bakal kemana & gimana  nantinya... gak ada salahnya toh memperbanyak pengetahuan diluar kelas? Penulis percaya kualitas hidup seseorang akan meningkat dan juga  tidak ada ilmu pengetahuan yang sia- sia cepat atau lambat, disadari atau tidak pasti berguna dikemudian hari kelak! <--- ini mah pembenaran diri si penulis wooooooo
.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Film Wan An, Kematian sebagai lelucon

          Memandang Tji yang masih tertidur pulas sambil tersenyum tulus, itulah yang dilakukan Ing sebagai syukur kepada Tuhan atas karunia Nya karena masih diberikan kesempatan untuk melanjutkan hidup bersama   di dunia   ini. dengan segala syukur pasangan lansia ini menikmati hidup di dalam bayang - bayang kematian yang terus menghantui. Wan an dalam bahasa Indonesia berarti selamat malam.   Kata yang berasal dari bahasa Cina ini merupakan judul dari film pendek narasi fiksi   karya Yandy Laurens . Tji dan Ing tokoh utama dalam   yang diperankan oleh Hengky Soelaiman dan Maria Oentoe   sebagai   suami istri   keturunan etnis Cina . Pengunaan Wan An sebagai motiv dapat diartikan sebagai kata perpisahan. Dikala malam menjelang jika, salah satu dari mereka tidur dan tak akan terbangun kembali maka, Wan an adalah salam perpisahan yang mereka ucapkan Sepasang suami istri ini menghabisakan ...

Asumsi Negative itu Bersembunyi di Balik Rasis

“Siapa kau? Kau   berbeda dari ku! Aku lebih baik dari mu!   Kau mengambil kekuasaan ku! Ini daerah ku! Pergi kau! Kau buruk!“ Asumsi negativ semakin liar dan menjadi – jadi menghantui hati dengan segala ketakutannya, ia mengangap yang berbeda sebagai ancaman bahkan musuh yang harus dilawan. Asumsi negativ itu bergejolak hebat di dalam dada. Kemudian diterjemahkan menjadi tindakan negativ sebagai  bentuk perlindungan diri dari segala ketakutan dan   ancaman . Ironisnya ketakutan dan ancaman itu diciptakan sendiri. „ Mengapa engkau begitu? Apa aku buruk?mengapa engkau menilaiku dari penampilan ku saja? Apa perbedaan ku dengan mu ini membuatku menjadi rendah dari mu? Hey! Kelahiran tidak bisa memilih!  Pertanyaan itu terus berkembang di pikiran si korban yang menjadi objek dari tindakan negative.Sialnya  korban terkadang kerap terjerat atau mempercayai konstruksi budaya yang sengaja dibuat untuk merendahkan derajat dan martabat si korban ...