Difabel, ya kata itu begitu asing terdengar ketika pertama
kali mendengarnya. Tanggal 3 Desember resmi
dijadikan hari difabel internasonal. Lantas apa itu difabel?. Difabel merupakan akronim dari different ability people. Difabel juga sinonim dari disable. Pengunaan kata difabel dirasa
lebih halus secara makna dibandingkan kata disable. Seperti halnya dengan makna penyandang cacat
yang padanannya dengan disable dan kata difabel yang padananya dengan
seseorang yang berkebutuhan khusus. Pengunaan kata difabel ditujukan untuk setiap orang yang mempunyai kelainan fisik
dan/atau mental, yang dapat mengganggu
atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan kegiatan sehari -
hari secara selayaknya. Pengertian tersebut tertuang pada Undang-Undang No.4
Tahun 1997.
Difabel terdiri dari 3 jenis yaitu : difabel fisik,
difabel mental, dan difabel fisik dan mental. Tuna netra ( tidak dapat
melihat), tuna rungu ( tidak dapat mendengar), tuna wicara ( tidak dapat
berbicara), tuna daksa ( cacat tubuh) dan tuna laras E1 ( cacat suara dan nada)
tergolong pada jenis difabel fisik. Sedangkan tuna laras E2 (Sukar
mengendalikan emosi dan sosial) dan tuna
grahita (Cacat pikiran, lemah daya tangkap) tergolong pada jenis difabel
mental. Kemudian yang tergolong pada jenis difabel fisik dan metal adalah tuna
ganda.
Penyebab difabel sangat
beragam seperti yang dikemukakan Haryanto dalam bukunya yang berjudul
“Pengantar Pendidikan Luar Biasa Dan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus”.
Haryanto membagi menjadi tiga faktor penyebab difabel yakni sebelum, saat dan
sesudah kelahiran. Penyebab saat dalam kandungan/ sebelum kelahiran
misalnya karena keturunan, malnutrisi ibu hamil, penyakit ibu, penyakit atau
luka di otak janin, gangguan lingkungan kehamilan, dan lain-lain. Penyebab saat
kelahiran dapat terjadi seperti kekurangan oksigen pada sistem syaraf pusat,
kelahiran yang dihalangi, kelahiran yang dipaksa, penggunaan alat yang salah,
prematuritas, dan lain-lain. Penyebab setelah kelahiran contohnya malnutrisi,
penyakit, kekurangan oksigen, kecelakaan, bencana alam, dan lain-lain.
Berdasarkan data BPS
2009, diketahui bahwa lebih dari 6 juta penduduk Indonesia berkebutuhan khusus/
difabel. Sekitar 4 juta orang penyandang difabel fisik, 1,2 juta orang
penyandang difabel ganda, 779 ribu orang penyandang difabel mental. Dari data tersebut
dapat kita lihat bahwa difabel fisik merupakan jenis difabel yang paling banyak
di Indonesia. Dalam memeroleh pendidikan difabel fisik lah yang sangat
memungkinkan untuk mendapatkan pendidikan seperti masyarakat lainya. Kaum difabel fisik pada dasarnya masih
memiliki daya pikir dan dapat besosialissi yang sama dengan masyarakat yang
normal, meski perlu adanya sarana penunjang dalam pelaksanaannya.
Jika kaum difabel yang tidak memeroleh pendidikan, mereka
akan mengalami kesulitan menjalani kehidupan. Kesulitan bagi diri mereka sendir
karena mereka tidak mampu menjalani hidup sacara mandiri. Pada situasi yang
seperti itu sangat rentan bagi kaum difabel fisik mengalami kebodohan dan kemiskinan.
Sehingga, banyak kaum difabel yang mengambil jalan pintas dengan berdiam diri menunggu belas kasihan dari orang
lain di pingir – pingir jalan atau dengan kata lain menjadi pengemis.
Pendidikan bagi kaum difabel fisik sangatlah penting
karena melalui pendidikan kaum difabel fisik dapat meningkatkan kualitas
hidupnya.Melaui pendidikan kaum difabel
dapat bermanfaat bagi masyarakat sekitar dan melalui pendidikan kaum difabel
fisik dapat mengalahkan kekurangan yang ada pada dirinya. Beberapa kaum difabel
fisik sudah membuktikan bahwa dengan pendidkan mereka dapat lebih maju dan menginspirasi banyak orang.
Beberapa kaum difabel fisik yang menginspirasi yakni Gol a
gong,difabel tuna daksa ini, merupakan sastrawan kebangaan Indonesia. Gol a
gong terus berkarya meski telah
kehilangan tangan kirinya pada saat ia berumur 11 tahun. Kemudian Handry Satriago
yang sukses menjadi CEO dari General Elektric
(GE) Company. GE merupakan salah
satu perusahaan terbesar dan tertua di dunia. Hendry mampu mengapai
kesuksesanya meski dengan kondisi fisik
tidak dapat berjalan atau lumpuh sejak ia berumur 17 tahun. Kemudian Angkie Yudistia
yang kehilangan pendengarannya pada umur 10 tahun. Hal itu tidak mematahkan
semangat Angkie untuk terus bersekolah. Saat ini Angkie berkerja di perusahaan
periklanan, menjadi CEO thisabel dan juga penulis buku.
Tidak hanya difabel fisik yang dialami sesudah kelahiran
saja yang dapat berprestasi tetapi juga difabel fisik sejak lahir atau sejak
dikadungan juga bisa berprestasi. Ramadita A yang terlahir dalam keadaan tuna netra mampu menunjukan
prestasinya. Rama berprofesi sebagai
seorang penulis novel, dosen, jurnalis dan motivator ditengah keterbatasannya
dalam penglihatan.
Kaum – kaum difabel hebat tersebut membuktikan
keterbatasan fisik bukan penghalang untuk berkarya bahkan mereka dapat bersaing
ditengah masyarakat yang tidak mememiliki keterbatasan. Para difabel hebat
tersebut mempunyai satu kesamaan yaitu terus berjuang dengan semangat baja
dalam memperoleh ilmu. Mereka berhasil melewati dan mengatasi berbagai macam
kesulitan dalam proses pencapaian kesuksesannya. Selain itu cinta kasih
keluarga menjadi fondasi utama dalam memotivasi para difabel hebat untuk terus
maju dan berusaha.
Seperti halnya
yang dialami oleh Rama salah satu dari keempat difabel hebat tersebut . Orangtua
Rama sadar betul akan pentingnya pendidikan sehingga Rama menempuh pendidikan
SD di sekolah luar biasa ( SLB) setelah
itu, melanjutkan sekolah di boarding
school untuk kaum difabel dan mengecap pendidikan SMA di sekolah umum serta,
melanjutkan pendidikannya di bangku perkuliahan.
Setelah mengetahui kisah Rama mungkin kita bertanya –
tanya. Bagaimana Rama dapat menimba ilmu pada dengan keterbatasan indra
penglihatan yang ia miliki? Sedangkan buku breile di Indonesia sangatlah
terbatas jumlahnya. Disinilah tantangan bagi orang tua Rama untuk memfasilitasi
anaknya. Ayah Rama berinisiatif untuk membacakan buku pelajaran Rama yang
kemudian direkam kedalam kaset. Sehingga Rama dapat menggantikan fungsi indra
penglihatanya dengan fungsi indra pendengaranya untuk mengakses buku. Tak jarang teman
– teman Rama sewaktu ia SMA membatunya
dalam membacakan buku – buku pelajaranya. Seiring perkembangan jaman munculah
banyak gadget yang diperuntukan untuk
kaum difabel tuna netra. Hal tersebut sangat mendukung rama dalam berkarier dan meimba ilmu.
Hikmah yang dapat dipetik dari kisah rama yakni bagaimana
orang tua Rama dan Rama berhasil mengatasi tantangan dalam pemerolehan pendidikan
dengan cara yang kreatif. Subtitusi fungsi indra penglihatan Rama menjadi indra
pendengaran berhasil mendobrak tembok besar penghalang kaum difabel tuna netra
dalam memeroleh pendidikan. Hal itu membuktikan bahwa dimana ada niat pasti ada
jalan. Meski kaum difabel memiliki keterbatasan lantas tidak semerta -
merta menjadi pasrah dengan keadaan.
Mereka harus terus berusaha mencari cara
untuk mengatasi segala keterbatasan yang ada dalam menjalani kehidupan sehari -
hari.
Kisah Rama dapat dijadikan panutan dan motivasi bagi kaum
difabel tuna netra yang lainnya, agar mereka terus berusaha dalam mengakses
pendidikan. Sehingga nantinya akan munculnya rama – rama berikutnya yang sukses
berkat pendidikan yang mereka peroleh. Namun sayang, tak semua kaum difabel memiliki orangtua seperti orangtua
Rama. Selain itu keterbatasan ekonomi sering menjadi penghalang dalam
memfasilitasi kaum difabel tuna netra untuk memeroleh pendidikan. Lantas apa yang
bisa kita lakukan agar kaum difabel tuna netra diluar sana mendapatkan
kesempatan mengakses pendidikan seperti Rama? Yaitu membantu dengan suara kita dengan membacakan
buku.
Membacakan buku adalah kunci untuk kaum difabel tuna
netra lainnya untuk dapat melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Rama.
Dengan merekamkan suara kita dari buku yang kita baca maka difabel – difabel
tuna natera tersebut dapat mendengarkan banyak buku. Mendengarkan buku
merupakan subtitusi dari kaum difabel untuk membaca buku. Seperti yang kita
ketahui buku merupakan gerbang ilmu, melalui buku pemikiran dan wawasan kita
dapat berkembang, melalui buku dunia dapat kita jelajahi.
Tanpa kita sadari dengan membacakan
buku kepada kaum difabel tuna netra akan membawa pengaruh yang dasyat bagi difabel
tuna netra tersebut. Pikiran mereka akan berkembang dan mereka akan dapat
memaknai kehidupan dengan sudut pandang yag berbeda. ketika banyak orang
membacakan buku kepada difabel – difabel tuna netra maka akan menghasilkan
banyak kaum difabel yang seperti Rama. Maka dari itu untuk merealisasikan
secara kolektif niat mulia untuk
membacakan buku kepada difabel tuna netra. kita dapat merealisasikanya melalui
sebuah komunitas sosial.
Komunitas Suara Buku merupakan komunitas sosial yang
bergerak aktif di dunia maya. Dalam kegiatanya komunitas Suara buku akan mengkampanyekan
pentingnya membacakan buku untuk kaum difabel tuna netra. komunitas ini juga
menjadi wadah bagi siapa saja yang ingin membantu langsung tuna netra dengan
menjadi pendonor suara. Apa itu pendonor suara? Pendonor suara yakni seseorang
yang bersedia merekam suaranya pada saat membaca buku untuk difabel tuna netra .
Hasil rekamannya tersebut nantinya akan disebar luaskan untuk kaum difabel –
difabel tuna netra lainya.
Sangat memungkinkan untuk
Komunitas Suara Buku nantinya untuk berkembang di seluruh Indonesia. Adanya
pendonor suara yang berasal dari berbagai pulau tanpa terahalang jarak dan
waktu. Lantas bagamana caranya? Dengan
cara memublikasikan buku – buku yang
menjadi kebutuhan kaum difabel tuna netra atau para pendonor suara mendaftarkan
terlebih dahulu buku apa yang ingin mereka bacakan. Para pendonor akan
mendaftarkan diri di website Komunitas
Suara Buku. Setalah itu para pendonor
suara dapat meunduh hasil rekaman suaranya tersebut ke website Komunitas Suara Buku. Kemudian kaum difabel dapat dibantu
untuk menuggah file suara tersebut dengan bantuan sesorang ataupun rekan -
rekan Komunitas Suara Buku. Semakin banyak pendonor suara maka, akan semakin
banyak buku yang dapat diperdengarkan kepada kaum difabel tuna netra. Dengan
begitu kita telah membebaskan kaum difabel dari ancaman kebodohan dan
kemiskinan yang mengahntui mereka.
Melalui komunitas suara
buku kita dapat menebar kebaikan melalui suara kita. Komunitas suara buku nantinya akan
tumbuh di tiap – tiap pulau di Indonesia. Beberapa tahun kemudian akan sangat
memungkinkan munculnya Komunitas Suara Buku Bandung, Komunitas Suara Buku
Jakarta. Komunitas Suara Buku Jogja dan kota – kota lainya. seiring berjalanya
waktu jumlah buku yang disuarakan akan terus bertambah. Jenis buku yang
disuarakan nantinya bisa beragam mulai dari buku agama, sastra, pengetahuan
populer dll. dari banyaknya jumlah dan jenis buku yang disuarakan akan sangat
memungkinkan untuk mendirikan perpustakaan suara buku Indonesia. Perpustakaan
tersebut nantinya akan menjadi mercusuar untuk kecerdasan kaum difabel tuna
netra di Indonesia.
Kaum difabel sejatinya tidak pernah
menginginkan dirinya menjadi difabel
karena kelahiran tidak dapat memilih dan kaun difabel juga tidak dapat melawan
suratan takdir mereka. Kita yang masih diberikan anugrah oleh Allah SWT secara
fisik,mental yang sempurna sudah seyogyanya memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT. Sudah
seharusnya kita sebagai makhluk sosial kita saling bahu membahu untuk membantu saudara kita yang memiliki
keterbatasan. Langkah kecil yang kita lakukan untuk membatu kaum difabel
nantinya akan berdampak besar dalam kehidupan difabel manjalani kehidupan ini.
Demikian pemaparan
mengenai difabel kreatif yang mana dengan
berbeda dan kreatif kita bersama – sama membantu permasalahan kaum
difabel tuna netra. sebagai penutup berikut kutipan dari salah satu pernyataan
Tini winarti. Dalam usaha kerajinan tasnya, Tini winarti memberdayakan kaum
difabel sebagai karyawanya. Berikut pernyataannya „Kalau seseorang sudah patah semangat dan
tidak mau bangkit atau malas-malasan melakukan hal yang terbaik, maka itulah
definisi orang cacat sebenarnya „
fitriayu
Komentar
Posting Komentar